Akuntansi A 2012
Laporan Keuangan PT Tri Polyta Indonesia tahun 2010
Diantina Puspa Larasati
(C1C012001)
Akuntansi
A 2012
Komentar Laporan
Keuangan PT Tri Polyta Indonesia tahun 2010
PT Tri Polyta merupakan produser utama polypropylene (PP) terbesar di
Indonesia yang ikut terimbas dalam krisis global tahun 2008, namun berhasil
menggenjot volume penjualannya dari
330,5 ribu ton pada tahun 2009 menjadi 385,7 ribu ton pada tahun 2010.
Dalam
rangka mengintegrasikan dan memperkuat usaha, PT Tri Polyta Indonesia Tbk dan PT
Chandra Asri berencana untuk melakukan penggabungan usaha. PT Tri Polyta Indonesia
Tbk (TPIA) dan PT Chandra Asri merupakan anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sepakat
melakukan merger pada tanggal 23 September 2010. PT Tri Polyta Tbk merupakan
perusahaan petrokimia Indonesia yang memproduksi biji plastik polypropylene yaitu bahan baku
untuk pembuatan berbagai macam barang plastik. Polypropylen digunakan dalam
berbagai macam produk konsumen untuk pembuatan plastik kemasan makanan, perabot
rumah tangga, karung, komponen otomotif, peralatan elektronik, peralatan
kesehatan dan aplikasi-aplikasi lainnya. Sedangkan PT Chandra Asri merupakan produsen
petrokimia hulu terpadu secara vertikal yang terbesar di Indonesia dan merupakan
satu-satunya produsen domestik/dalam negeri yang memproduksi ethylene dan styrene
monomer.
Kesepakatan
merger kedua perusahaan ini selanjutnya disetujui oleh Bapepam-LK (Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) pada tanggal 21 Oktober 2010. Dalam hal ini,
perusahaan yang menerima penggabungan adalah perusahaan publik PT Tri Polyta Indonesia
Tbk. Pengesahan penggabungan dua perusahaan petrokimia tersebut menjadi PT
Chandra Asri Petrochemical Tbk dilakukan melalui RUPSLB pada tanggal 27 Oktober 2010.
Adapun bentuk merger yang dilakukan PT Tri Polyta Indonesia Tbk dengan PT
Chandra Asri adalah merger vertikal antar perusahaan terafiliasi, dimana PT Chandra Asri
merupakan pemasok bahan produksi yang dibutuhkan oleh PT Tri Polyta Indonesia Tbk
dalam memproduksi polymer jenis polypropylene. PT Tri Polyta
Indonesia
Tbk memiliki visi
yaitu menjadi pilihan utama pelanggan dan penyedia terbesar biji plastik polypropylene
yang menjanjikan kesejahteraan masa depan pemegang saham, karyawan, dan
pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan, misi PT Tri Polyta Indonesia Tbk adalah
menyediakan biji plastik polypropylene bermutu tinggi yang melampaui harapan
pelanggan sehingga dapat memberikan manfaat maksimum kepada pemegang saham, karyawan,
dan pemangku kepentingan lainnya.
Pada
tahun 2010, PT Tri Polyta kembali berhasil mencetak prestasi dan memperkuat
pertumbuhan serta profitabilitas seiringan dengan momentum pertumbuhan pada
tahun sebelumnya. Tri Polyta mencatat pendapatan bersih sebesar Rp 348 miliar untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dari 483 miliar yang dicapai di
tahun 2009. Tahun 2010, seperti tahun sebelumnya, permintaan pasar untuk polypropylene
tetap tinggi sepanjang tahun dengan konsumsi total melebihi pencapaian di tahun
2009, ini mencerminkan suatu pasar yang terus tumbuh. Penjualan bersih untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp 5.176,3 miliar meningkat
dibandingkan dengan penjualan bersih sebesar Rp 4.739,7 miliar di tahun
sebelumnya.
Pada
umumnya, perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi adalah untuk mendapatkan
sinergi atau nilai tambah. Nilai tambah yang dimaksud adalah lebih bersifat jangka panjang.
Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat sesaat
setelah merger dan akuisisi itu terjadi, tetapi diperlukan waktu yang cukup panjang. Untuk
menilai bagaimana keberhasilan merger yang dilakukan, maka dapat dilihat dari
kinerja perusahaan terutama kinerja keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan. Ini
merupakan alat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan
dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu. Kinerja
perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang
dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu.
Penilaian
dengan menganalisis laporan keuangan mencakup rasio keuangan, analisis
kelemahan, dan kekuatan di bidang finansial sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen,
mengetahui kondisi keuangan serta keadaan perusahaan di masa lalu dan prospeknya
ke depan.
Dalam
hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti kinerja keuangan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk
setelah merger dan proyeksi kinerja keuangan yang akan datang.
Chandra Asri
Petrochemical, yang dahulu bernama Tri Polyta Indonesia (TPIA) merilis laporan keuangan (LK) full year 2010. Tidak ada yang terlalu
istimewa dari kinerja anak usaha Barito Pacific (BRPT) ini, dimana laba
bersihnya malah turun dari Rp482 milyar ke 248 milyar. Laba usahanya juga
turun. Tapi ceritanya sedikit berbeda kalau kita lihat valuasi PBV dan PER-nya.
Pada harga saham 3,250, PBV TPIA cuma 1.2 kali, dan PER-nya juga cuma 6.8 kali.
Beberapa waktu lalu,
TPIA yang masih bernama Tri Polyta Indonesia, sempat mencuri perhatian investor
ketika pemiliknya yaitu Prajogo Pangestu, memergernya dengan Chandra Asri,
sebuah perusahaan yang juga merupakan anak usaha dari BRPT, tapi nggak listing
di BEI. Ketika itu saham TPIA dan BRPT yang biasanya sepi peminat mendadak
bergerak fluktuatif, seiring dengan beredarnya ekspektasi bahwa kinerja TPIA
dan juga BRPT akan membaik pasca merger tersebut. Dalam beberapa waktu
terakhir, kinerja mereka berdua memang cenderung menurun.
TPIA sudah merilis
LK-nya untuk periode FY10, dan ternyata kinerjanya masih belum membaik seperti
yang diharapkan. Tapi mungkin itu karena merger antara
TPIA dengan Chandra Asri baru rampung pada tanggal 20 Januari 2011, atau
beberapa hari setelah tanggal neraca LK-nya, yaitu 31 Desember 2010 (jadi dalam
LK terbarunya tersebut, TPIA masih belum merger dengan Chandra Asri).
Kalau TPIA dan Chandra
Asri merger (bergabung), maka aset dan modal inti TPIA akan meningkat karena
ada tambahan aset dan modal dari Chandra Asri. Demikian pula, pendapatan hingga
laba bersih TPIA akan meningkat, karena digabung dengan pendapatan dan laba
bersih-nya Chandra Asri. Namun yang penting untuk dicermati bukanlah hal-hal
tersebut diatas, melainkan jumlah saham disetor, yang tentunya
juga akan meningkat. Jumlah saham TPIA yang beredar di market sebelum
merger adalah 728 juta lembar, dan jumlah itulah yang tercantum di
LK-nya.
Berdasarkan jumlah
saham tersebut, dan karena harga saham TPIA adalah Rp3,250 per lembar, maka market cap TPIA adalah Rp3,250 x 728 juta = Rp2.4 trilyun,
sehingga PBV TPIA adalah market cap / ekuitas = Rp2.4 trilyun / Rp2.1 trilyun =
1.2 kali. Bagaimana dengan PER? 6.8 kali.
Penulis memang nggak paham soal industri kimia, yang menjadi bidang dari TPIA
ini. Namun kalau melihat struktur laporan keuangannya yang tampaknya baik-baik
saja, maka harga saham TPIA di 3,250 jelas sangatlah murah, kalau kita
berpatokan pada valuasi PBV dan PER diatas.
Tapi sekali lagi, ingat
bahwa jumlah saham yang 728 juta lembar tersebut adalah jumlah saham sebelum
merger. Mengingat saat ini TPIA sudah merger dengan
Chandra Asri (mergernya kan sudah kelar 20 Januari kemarin, makanya sekarang
nama perusahaannya berubah dari Tri Polyta menjadi Chandra Asri Petrochemical),
maka jumlah saham TPIA yang beredar di market bukan lagi 728 juta lembar.
Berdasarkan data terbaru dari biro administrasi efek, jumlah saham TPIA per 28
Februari 2011 kemarin adalah 3,066,196,416 lembar, atau 3.1 milyar
lembar. kalau kita hitung lagi PBV dan PER TPIA berdasarkan jumlah sahamnya
yang 3.1 milyar tersebut, maka PBV dan PER TPIA menjadi masing-masing 4.9 dan
28.6 kali.
Namun, perhitungan
diatas juga belum tepat, karena kita kan belum memasukkan catatan modal dan
laba bersih TPIA pasca merger, yang pastinya juga akan meningkat sehingga
valuasi PER dan PBV-nya tidak akan menjadi semahal itu.
Kesimpulannya,
untuk saat ini kita masih belum mengetahui berapa persisnya valuasi fundamental
dari TPIA, sehingga kita juga belum bisa mengatakan apakah sahamnya layak
dikoleksi atau tidak. Kita baru akan mengetahuinya dalam dua atau tiga bulan
mendatang. Jadi bagi anda yang kebetulan melihat bahwa PBV dan PER TPIA adalah
masing-masing 1.2 dan 6.8 kali pada harga 3,250, maka jangan terburu-buru
mengkoleksi sahamnya, sebab valuasi tersebut masih belum mencerminkan nilai
perusahaan pada saat ini
Dari
analisis rasio keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan PT. Tri
Polyta Indonesia dari tahun 2005 – 2009 dilihat dari aspek likuiditas pada
rasio lancar dikatakan baik karena hasilnya lebih dari 1. Pada aspek efisiensi
di average collection period belum dikatakan baik karena waktu pengembaliannya
ada yang mencapai 1247 hari. Pada aspek solvabilitas rata – rata modalnya
dibiayai oleh hutang. Pada ROE nilai ini juga diperhatikan oleh investor juga
karena nilai ini menunjukan bagaimana perusahaan menggunakan equity untuk laba
bersihnya.
Dari
analisis pergerakan saham diatas dapat diketahui bahwa perusahaan PT. Tri
Polyta Indonesia sahamnya mengalami fluktuasi pergerakan saham ini diperhatikan
oleh investor. Pergerakan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
suku bunga, inflasi - atau kenaikan harga barang dan jasa- juga bisa
membuat harga saham-saham turun. Harga saham yang tertinggi di perusahaan ini
mencapai 3400 dan sedangkan harga saham terendah mencapai 370.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar